July 18, 2025

Minyak naik

 

Wah! Harga Minyak Naik, Rupiah Kembali Tertekan, tahuberita.com – Harga minyak mentah dunia terus menunjukkan tren kenaikan dalam beberapa pekan terakhir, seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah dan gangguan pasokan global. Kondisi ini memberi dampak langsung terhadap perekonomian Indonesia, khususnya dalam bentuk tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

Sebagai negara net importir energi, lonjakan harga minyak menciptakan tantangan baru bagi stabilitas ekonomi nasional, mulai dari membengkaknya biaya subsidi hingga melemahnya nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat (USD).

Harga Minyak Dunia Sentuh Level Tertinggi Tahun Ini

Pada perdagangan awal Juni 2025, harga minyak Brent naik ke atas USD 100 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) bertahan di kisaran USD 97–99 per barel. Kenaikan ini dipicu oleh beberapa faktor global:

  • Ketegangan militer antara Iran dan Israel yang mengancam jalur distribusi energi
  • Penurunan produksi dari negara anggota OPEC+
  • Prediksi permintaan global yang meningkat di paruh kedua tahun ini

Kenaikan harga minyak ini langsung berdampak pada kondisi fiskal dan nilai tukar negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Kenaikan harga minyak dunia menyebabkan permintaan atas dolar AS meningkat, terutama untuk kebutuhan pembayaran impor minyak dan BBM. Hal ini menekan nilai tukar rupiah, yang dalam perdagangan terakhir melemah ke kisaran Rp15.650–15.750 per USD.

Permintaan dolar naik karena importir energi perlu membeli dalam jumlah besar, sementara aliran modal asing cenderung menurun di tengah ketidakpastian global,” ujar analis valuta asing dari Lembaga Ekonomi Makro Indonesia (LEMI).

Dampak lebih lanjut dari pelemahan rupiah adalah meningkatnya biaya impor, termasuk bahan baku industri, serta menambah beban pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Indonesia masih memberikan subsidi besar terhadap BBM jenis tertentu dan LPG. Dengan harga minyak dunia yang melonjak, beban subsidi otomatis meningkat, yang kemudian mempersempit ruang fiskal pemerintah.

Jika harga minyak terus berada di atas USD 100 per barel, maka skenario yang mungkin terjadi adalah:

  • Pembengkakan subsidi energi di atas pagu APBN 2025
  • Penyesuaian harga BBM yang bisa berdampak pada inflasi
  • Penundaan proyek infrastruktur atau program sosial tertentu

Hal ini semakin memperkuat tekanan terhadap nilai tukar, karena pasar melihat adanya risiko fiskal yang meningkat.

 

Inflasi & Daya Beli Masyarakat

Kenaikan harga minyak dan pelemahan rupiah menjadi kombinasi yang memicu tekanan inflasi, khususnya pada sektor transportasi dan logistik. Inflasi ini kemudian berisiko menurunkan daya beli masyarakat, terutama di kelompok menengah bawah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa indeks harga konsumen sudah mulai naik sejak April 2025, dan tren tersebut berpotensi terus berlanjut jika harga energi tidak terkendali.

Bank Indonesia (BI) menyatakan bahwa mereka akan tetap berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar, melalui langkah-langkah seperti:

  • Intervensi di pasar valas dan transaksi Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF)
  • Koordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait pengelolaan utang dan cadangan devisa
  • Potensi penyesuaian suku bunga acuan bila tekanan terhadap rupiah memburuk

Pemerintah juga tengah mengkaji opsi untuk memperluas penggunaan energi domestik dan mempercepat transisi ke energi baru terbarukan sebagai strategi jangka panjang.

Selama harga minyak dunia tetap tinggi dan ketegangan global belum mereda, tekanan terhadap rupiah kemungkinan akan terus berlangsung. Investor global cenderung memilih aset safe haven seperti dolar AS dan emas, yang membuat aliran modal ke pasar negara berkembang seperti Indonesia menjadi terbatas.

Namun, jika situasi geopolitik mereda dan produksi minyak kembali normal, harga energi bisa stabil, dan rupiah berpotensi kembali menguat dalam jangka menengah.

Kenaikan harga minyak dunia menjadi faktor eksternal utama yang menekan nilai tukar rupiah. Dampaknya menyebar luas ke sektor fiskal, inflasi, dan daya beli masyarakat. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu bertindak cepat dan tepat untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.

Di tengah ketidakpastian global, penguatan ekonomi domestik dan keberlanjutan energi menjadi kunci untuk memperkuat fondasi rupiah ke depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *