Ketegangan Iran Israel Meningkat, Bagaimana Dampaknya terhadap Indonesia? tahuberita.com –Ketegangan militer antara Iran dan Israel kembali memanas dalam beberapa pekan terakhir, menyusul serangan rudal timbal balik yang mengguncang kawasan Timur Tengah. Konflik ini bukan hanya berisiko menciptakan krisis regional, tetapi juga berdampak secara tidak langsung terhadap negara-negara lain, termasuk Indonesia.
Meski Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel dan tidak terlibat langsung dalam konflik tersebut, posisi negara ini sebagai importir energi dan bagian dari pasar global menjadikannya rentan terhadap gejolak geopolitik Timur Tengah.
Ketegangan terbaru dipicu oleh serangan rudal Iran ke wilayah Israel sebagai balasan atas dugaan keterlibatan Israel dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran. Dalam waktu singkat, kedua negara terlibat dalam serangan udara dan rudal balistik, menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kepanikan global.
Konflik ini juga memicu kekhawatiran meluasnya perang ke negara-negara sekitar seperti Lebanon, Suriah, dan Irak, serta meningkatnya harga komoditas dunia yang dipicu oleh risiko terganggunya jalur minyak utama.
Dampak Terhadap Harga Energi di Indonesia
Salah satu sektor yang paling cepat merasakan dampak konflik Iran–Israel adalah sektor energi, terutama harga minyak mentah dunia. Ketika ketegangan meningkat, harga minyak Brent dan WTI sempat melonjak di atas USD 100 per barel, level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir.
Bagi Indonesia yang masih bergantung pada impor BBM dan LPG, lonjakan harga minyak dapat berdampak langsung terhadap:
- Pembengkakan subsidi energi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
- Potensi kenaikan harga BBM bersubsidi dan non-subsidi
- Tekanan inflasi yang dapat menurunkan daya beli masyarakat
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan tengah memantau kondisi ini secara intensif, serta membuka opsi penyesuaian harga energi jika konflik terus berlanjut.
Nilai Tukar Rupiah dan Pasar Keuangan
Ketegangan di Timur Tengah juga menciptakan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Pada pekan terakhir Mei 2025, rupiah sempat melemah ke posisi Rp15.600 per USD, dipicu oleh penguatan dolar AS sebagai aset safe haven.
Dampak yang mungkin terjadi jika ketegangan tidak mereda:
- Arus modal asing keluar dari pasar obligasi dan saham Indonesia
- Potensi peningkatan biaya impor bahan baku dan barang modal
- Risiko terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional
Bank Indonesia telah mengambil langkah antisipatif dengan intervensi di pasar valas dan penguatan kerja sama swap mata uang regional, sambil menjaga stabilitas suku bunga.
Sebagai negara yang bergantung pada ekspor dan impor dari berbagai negara, konflik Timur Tengah dapat menimbulkan gangguan logistik global. Ketegangan di Selat Hormuz jalur strategis pengiriman minyak dunia berpotensi memperlambat distribusi energi dan barang, yang bisa berdampak pada:
- Kenaikan ongkos logistik internasional
- Gangguan pada pasokan energi dan pupuk
- Keterlambatan impor bahan baku industri manufaktur
Pemerintah Indonesia dan pelaku usaha didorong untuk mulai memperkuat diversifikasi rantai pasok, terutama untuk sektor pangan, energi, dan industri strategis.
Di luar aspek ekonomi, konflik Iran–Israel juga membawa risiko terhadap stabilitas sosial-politik dalam negeri. Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia tidak terlepas dari potensi resonansi isu keagamaan dan ideologi yang berasal dari Timur Tengah.
Pemerintah perlu mengawasi:
- Penyebaran hoaks dan narasi ekstremisme terkait konflik internasional
- Polarisasi opini publik di media sosial
- Potensi aksi solidaritas yang disusupi agenda politik
Kementerian Kominfo bersama BNPT dan TNI/Polri diharapkan terus melakukan pendekatan preventif dan edukatif kepada masyarakat agar tidak mudah terprovokasi oleh konflik luar negeri yang dikemas secara bias di ruang digital.
Presiden RI Prabowo Subianto dalam pertemuan tertutup di Hambalang menegaskan bahwa pemerintah waspada terhadap dampak geopolitik global dan berkomitmen menjaga stabilitas nasional. Pemerintah juga menyatakan dukungan terhadap solusi damai dan penghentian kekerasan di Timur Tengah melalui diplomasi internasional.
Kementerian Luar Negeri RI juga menyampaikan sikap netral, namun mendesak Dewan Keamanan PBB agar mengambil langkah konkret untuk menghentikan konflik bersenjata yang terus menelan korban sipil.
Ketegangan Iran–Israel bukan hanya menjadi isu regional, melainkan ancaman global yang bisa berdampak nyata pada negara seperti Indonesia. Meski tidak terlibat langsung, Indonesia tetap berpotensi terdampak melalui sektor energi, nilai tukar rupiah, logistik, hingga stabilitas sosial-politik. Oleh karena itu, koordinasi lintas kementerian, kewaspadaan publik, dan diplomasi aktif Indonesia di tingkat internasional menjadi kunci penting dalam menjaga ketahanan nasional di tengah gejolak dunia.