Dedi Mulyadi Disebut Gubernur Konten, Ini Tanggapan Tegasnya, tahuberita.com – Nama Dedi Mulyadi kembali menjadi sorotan publik setelah aksi-aksinya yang viral di media sosial menuai berbagai tanggapan. Bak pisau bermata dua, popularitasnya membawa pujian sekaligus kritik. Salah satu label yang belakangan disematkan kepadanya adalah “Gubernur Konten”, menyindir gaya komunikasinya yang dinilai lebih fokus pada pencitraan di media sosial.
Meski demikian, pria yang kini digadang-gadang menjadi calon kuat Gubernur Jawa Barat 2024 itu tidak tinggal diam. Dedi memberikan respons yang tegas, cerdas, dan menohok terhadap mereka yang menilai aktivitasnya sekadar konten demi popularitas.
Aktivitas Sosial Dedi Mulyadi Jadi Sorotan Netizen
Sebagai tokoh publik, Dedi Mulyadi dikenal sangat aktif di berbagai platform media sosial, seperti YouTube, Facebook, dan TikTok. Ia kerap mengunggah video kegiatannya saat turun langsung ke lapangan, menyapa masyarakat, memberikan bantuan kepada warga miskin, hingga membina anak-anak jalanan atau remaja bermasalah.
Konten-konten tersebut mendapatkan respons besar dari publik. Banyak yang mengapresiasi kepekaan sosial Dedi, namun tak sedikit pula yang menyindirnya sebagai sosok yang “mencari panggung”.
Istilah “Gubernur Konten” pun mencuat dan ramai digunakan oleh para warganet maupun pengamat politik yang skeptis terhadap gaya politik berbasis media sosial ini.
Dedi Mulyadi: “Kalau Bantu Orang Nggak Boleh Direkam, Berarti Televisi Harus Tutup”
Menanggapi sindiran tersebut, Dedi Mulyadi dengan lugas mengatakan bahwa dokumentasi bukanlah sekadar pencitraan, melainkan bagian dari transparansi dan inspirasi.
“Kalau semua yang kita lakukan harus diam-diam, lalu apa fungsinya media? Kalau bantu orang nggak boleh direkam, berarti Televisi dulu juga harus ditutup karena menyiarkan Presiden bantu rakyat,” kata Dedi dalam salah satu unggahannya.
Ia menegaskan bahwa media sosial saat ini adalah jembatan komunikasi yang efektif antara pemimpin dan rakyat. Dengan menunjukkan langsung aksi nyata, ia berharap masyarakat bisa melihat bahwa pejabat publik benar-benar bekerja, bukan hanya hadir dalam baliho dan iklan politik.
Membalik Kritik Menjadi Motivasi Publik
Alih-alih membela diri secara defensif, Dedi justru membalikkan kritik tersebut menjadi pemantik diskusi yang lebih besar. Ia menyebut bahwa yang lebih penting dari komentar miring adalah hasil nyata di lapangan.
“Yang penting bukan saya bikin konten atau tidak, tapi apakah rakyat terbantu atau tidak? Kalau saya bantu orang dan itu menggerakkan yang lain untuk ikut bantu, ya itu berkah,” tambahnya.
Respons ini mendapatkan banyak dukungan dari netizen. Banyak komentar yang menyatakan bahwa konten Dedi justru mengedukasi dan memotivasi, khususnya di tengah era digital saat ini.
Strategi Komunikasi Politik Era Baru
Pengamat komunikasi politik menilai gaya Dedi Mulyadi merupakan bentuk baru strategi komunikasi politik yang relevan dengan zaman. Di tengah menurunnya kepercayaan publik terhadap politikus konvensional, gaya blusukan dan humanis ala Dedi menjadi angin segar.
Menurut Dr. Lina Hartati, dosen komunikasi politik Universitas Padjadjaran, pendekatan ini efektif dalam membangun citra otentik.
“Dedi Mulyadi tidak hanya berbicara, tetapi menunjukkan tindakan. Dan publik hari ini lebih percaya pada apa yang bisa mereka lihat langsung, bukan janji kampanye semata,” ujar Lina.
Ia menambahkan bahwa dalam dunia yang serba visual dan cepat seperti sekarang, pejabat publik harus mampu hadir di ruang digital untuk menjangkau generasi muda dan masyarakat yang aktif di media sosial.
Popularitas Meningkat Jelang Pilgub Jabar 2024
Tidak dapat dipungkiri, eksistensi Dedi di media sosial berkontribusi besar terhadap elektabilitasnya. Beberapa lembaga survei menunjukkan nama Dedi Mulyadi masuk tiga besar tokoh potensial Gubernur Jawa Barat.
Aktivitas kontennya yang konsisten memperlihatkan kedekatannya dengan rakyat lapisan bawah. Dalam berbagai video, ia terlihat tanpa pengawalan, menyusuri pelosok desa, dan menyentuh persoalan nyata seperti anak putus sekolah, orang tua jompo, hingga remaja korban pergaulan bebas.
Konten dengan Nilai Sosial, Bukan Sensasi
Yang membedakan konten Dedi dari kebanyakan politikus lain adalah muatan sosialnya. Ia tidak memamerkan gaya hidup mewah atau berorasi kosong. Sebaliknya, ia membawa kamera untuk memperlihatkan kondisi riil masyarakat dan upaya solusinya.
Banyak netizen menyebut video-video Dedi sebagai “konten yang bikin hati tergerak”, bukan sekadar tontonan. Ia bahkan sering diminta netizen untuk hadir di daerah-daerah lain untuk menyelesaikan persoalan sosial yang viral.
Pemimpin di Era Digital Harus Bisa Menjangkau Rakyat Secara Langsung
Label “Gubernur Konten” sejatinya bisa dimaknai positif bila dilihat dari konteks yang tepat. Di era digital, pemimpin yang mampu hadir secara langsung di media sosial untuk menyapa, mendengar, dan bertindak, justru menunjukkan responsivitas tinggi terhadap suara rakyat.
Dedi Mulyadi telah menjawab kritik tersebut dengan cara yang elegan tetap bekerja, tetap membantu, dan tetap membagikannya untuk menginspirasi lebih banyak orang.