Agak Lain, Trump Kini Kendor Ajak China Nego Pajak, tahuberita.com – Dalam perkembangan terbaru yang cukup mengejutkan, Donald Trump Presiden Amerika Serikat sekaligus kandidat kuat untuk pemilu 2024 menunjukkan sinyal pelunakan terhadap China dalam isu negosiasi tarif dan kebijakan pajak perdagangan. Sikap ini tampak berbeda dibanding pendekatan agresifnya selama menjabat, terutama dalam konteks perang dagang yang berkepanjangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia.
Dalam wawancara terbarunya, Trump menyebut bahwa dirinya “terbuka untuk negosiasi ulang tarif” dan “tidak menutup kemungkinan kerja sama yang lebih pragmatis dengan China selama kepentingan Amerika dilindungi.” Ucapan tersebut dengan cepat menjadi perbincangan di kalangan analis politik dan pelaku pasar, yang melihat kemungkinan adanya pergeseran pendekatan dalam strategi ekonomi dan diplomasi internasional Trump.
Retorika Baru di Tahun Politik
Tahun 2025 menjadi momen krusial bagi Trump. Dengan posisinya sebagai tokoh dominan di Partai Republik, Trump semakin intens menggaungkan visinya untuk masa depan Amerika. Namun kali ini, pendekatan keras terhadap China tampaknya mulai dikalibrasi ulang.
Selama masa kepresidenannya (2017–2021), Trump memberlakukan tarif tinggi pada barang-barang impor dari China, dengan tujuan melindungi industri dalam negeri dan menekan dominasi teknologi serta manufaktur China di pasar global. Namun langkah tersebut juga berdampak pada konsumen dan pelaku usaha kecil di AS, yang harus menghadapi lonjakan harga bahan baku dan produk jadi.
Kini, Trump tampaknya menyadari bahwa retorika “perang dagang” tidak selalu menguntungkan secara politis maupun ekonomis. “China tetap lawan yang keras, tapi kadang kita perlu duduk di meja dan bicara. Kalau mereka siap berlaku adil, kita bisa buka peluang baru,” ujarnya dalam wawancara yang disiarkan awal April 2025.
Reaksi Pasar: Sinyal Positif di Tengah Ketegangan
Tak butuh waktu lama bagi pasar merespons pernyataan tersebut. Indeks saham di Wall Street mengalami kenaikan tipis, terutama di sektor teknologi dan manufaktur. Para investor menilai bahwa potensi pelonggaran tarif impor bisa membuka ruang pertumbuhan baru dan menurunkan biaya produksi bagi perusahaan yang masih bergantung pada rantai pasok global dari China.
Di sektor logistik dan transportasi, sejumlah perusahaan besar mulai memproyeksikan peningkatan aktivitas pengiriman lintas negara. Meski belum ada kebijakan resmi yang diberlakukan, sinyal dari Trump cukup kuat untuk menciptakan harapan baru di tengah ketidakpastian geopolitik.
China Menyambut dengan Hati-hati
Pemerintah China, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, merespons pernyataan Trump dengan nada diplomatis. “Kami menghargai setiap upaya menuju dialog yang konstruktif dan saling menguntungkan,” ujar juru bicara dalam konferensi pers di Beijing.
Namun Beijing juga menyatakan bahwa mereka tidak akan terburu-buru. Pengalaman panjang menghadapi kebijakan Trump sebelumnya membuat China lebih waspada. “Kami akan menilai langkah nyata, bukan sekadar pernyataan politik,” tambahnya.
Hubungan AS-China memang memasuki babak baru sejak pergantian pemerintahan, namun gesekan tetap terjadi di isu-isu strategis seperti teknologi 5G, semikonduktor, dan Laut China Selatan. Oleh karena itu, wacana negosiasi pajak atau tarif dipandang sebagai peluang untuk meredakan ketegangan, sekaligus menguji komitmen Trump terhadap stabilitas hubungan bilateral.
Strategi Kampanye atau Koreksi Ekonomi?
Analis politik di AS meyakini bahwa pelunakan sikap Trump lebih bernuansa strategi kampanye. “Trump mencoba mengambil ceruk suara dari kalangan bisnis dan industri yang selama ini merasa dirugikan oleh kebijakan tarif tinggi,” kata Elaine Masters, pengamat politik dari The Atlantic Forum.
“Ini adalah kalkulasi politik. Trump tetap ingin terlihat kuat terhadap China, tapi juga ingin mengirim sinyal kepada pemilik modal bahwa dia bukan ancaman bagi kelangsungan usaha mereka,” ujarnya.
Namun beberapa pihak juga menilai bahwa ini adalah bentuk koreksi terhadap kebijakan sebelumnya. Data ekonomi menunjukkan bahwa tarif tinggi justru berdampak negatif terhadap inflasi domestik dan memperlambat pertumbuhan sektor manufaktur di beberapa negara bagian penting.
Tantangan Ke Depan: Konsistensi dan Implementasi
Meski sinyal pelunakan terdengar menjanjikan, banyak pihak meragukan konsistensi Trump. Ia dikenal sering mengganti haluan dan bersikap reaktif terhadap situasi. Pada masa kepresidenannya, beberapa negosiasi yang sudah berjalan pun dibatalkan secara sepihak karena alasan politik.
Kini, dunia internasional menanti apakah Trump benar-benar akan merancang ulang kebijakan tarif dengan pendekatan yang lebih diplomatis, atau justru kembali ke pola konfrontatif saat tekanan politik meningkat.
Kesimpulan
Pernyataan Trump soal membuka kembali negosiasi tarif dengan China bisa menjadi titik balik dalam dinamika dagang internasional, sekaligus membuka peluang stabilisasi hubungan dua negara adidaya ini. Namun masih terlalu dini untuk menyimpulkan arah kebijakan Trump secara definitif.
Yang pasti, langkah ini menjadi sinyal penting bahwa ekonomi global 2025 tengah mencari keseimbangan baru, di tengah tantangan geo politik, pemilu, dan tekanan inflasi yang terus berlangsung.