April 23, 2025

Donald Trump

 

Trump Naikkan Tarif Impor Jadi 104%, China Langsung Balas, tahuberita.com – Ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali memanas setelah Presiden AS Donald Trump resmi menaikkan tarif impor terhadap produk-produk asal China hingga mencapai 104%. Kenaikan tarif ini memicu respons cepat dari Beijing yang langsung memberlakukan tarif balasan sebesar 34% terhadap berbagai produk asal Amerika.

Langkah ini menjadi salah satu keputusan perdagangan paling agresif dari Trump sejak menjabat kembali sebagai Presiden pada Januari 2025. Dengan tujuan memperkuat industri dalam negeri dan menekan ketergantungan pada barang-barang asing, kebijakan ini dipandang sebagai sinyal eskalasi baru dalam perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

 

Awal Mula Ketegangan Baru

Kebijakan tarif dasar 10% untuk seluruh barang impor telah diterapkan sejak awal tahun sebagai bagian dari agenda besar Trump yang dikenal dengan “Project 2025”. Namun, ketegangan meningkat saat China menolak memenuhi permintaan negosiasi ulang beberapa perjanjian perdagangan strategis. Akibatnya, Trump mengumumkan penambahan tarif bertahap hingga total 104% untuk beberapa kategori produk China seperti elektronik, kendaraan listrik, tekstil, dan peralatan rumah tangga.

Selama bertahun-tahun, China mengambil keuntungan dari kelemahan kebijakan dagang AS. Sekarang saatnya kita berdiri tegak,” kata Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih.

 

China Tak Tinggal Diam

Tak butuh waktu lama bagi China untuk membalas. Pemerintah Tiongkok mengumumkan penerapan tarif 34% terhadap ratusan produk asal AS, termasuk kedelai, jagung, daging sapi, dan mobil buatan Amerika. Tak hanya itu, Beijing juga menegaskan akan menghentikan sejumlah kerja sama strategis, termasuk ekspor komponen baterai dan semikonduktor.

Langkah Amerika Serikat sangat tidak bersahabat dan melanggar prinsip perdagangan bebas,” ujar Juru Bicara Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan resminya. “Kami akan mempertahankan kepentingan nasional kami dengan segala cara yang diperlukan.”

 

Dampak Langsung Terhadap Ekonomi Global

Kenaikan tarif secara tiba-tiba ini langsung mengguncang pasar global. Indeks saham di Wall Street merosot tajam, dengan Dow Jones turun 800 poin hanya dalam dua hari, sementara Nasdaq terkoreksi hampir 4%. Di Asia, pasar saham Shanghai dan Tokyo juga menunjukkan pelemahan tajam, mencerminkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap kelanjutan eskalasi konflik.

Sektor manufaktur dan logistik di kedua negara pun mulai merasakan tekanan. Pelaku industri mengeluhkan kenaikan biaya bahan baku, penurunan volume perdagangan, dan gangguan rantai pasok global.

Menurut Bloomberg Economics, jika perang tarif ini terus berlanjut hingga akhir 2025, pertumbuhan ekonomi global bisa turun sebesar 1,2%, dan AS sendiri berpotensi mengalami perlambatan hingga mendekati resesi teknikal.

 

Kekhawatiran dari Kalangan Bisnis dan Ekonomi

Di dalam negeri, kebijakan tarif tinggi ini mendapat sorotan tajam dari komunitas bisnis. Sejumlah CEO perusahaan besar seperti Apple, Tesla, dan Walmart menyatakan keprihatinannya atas kebijakan tersebut, yang dinilai akan meningkatkan harga barang konsumen dan melemahkan daya beli masyarakat.

Tarif ini pada akhirnya akan dibayar oleh konsumen Amerika,” ujar Mary Barra, CEO General Motors. “Kami memahami perlunya memperkuat industri dalam negeri, tapi kebijakan seperti ini perlu dikaji ulang secara strategis.”

Sementara itu, para ekonom independen memperingatkan bahwa strategi ‘tarif tinggi sebagai senjata negosiasi’ bisa menjadi bumerang jika tidak diimbangi dengan diplomasi yang efektif. Mereka menyarankan agar AS dan China segera kembali ke meja perundingan sebelum situasi memburuk lebih jauh.

 

Analisis Politik: Strategi atau Spekulasi?

Dari sisi politik, langkah ini dinilai sebagai bentuk nyata dari janji kampanye Trump untuk mengembalikan kedaulatan ekonomi AS. Namun, para pengamat mempertanyakan apakah tarif ekstrem ini benar-benar efektif untuk mendorong pertumbuhan industri lokal, atau justru sekadar langkah populis menjelang pemilihan paruh waktu Kongres tahun depan.

Trump bermain keras, seperti biasa. Tapi kali ini taruhannya lebih besar,” ujar Dr. Jonathan Reese, analis hubungan internasional di Columbia University. “Jika China tidak mundur, perang dagang ini bisa menjadi lebih luas dan sulit dikendalikan.”

 

Apa Selanjutnya? Dunia Menunggu Kepastian

Hingga kini, belum ada sinyal bahwa kedua negara akan segera duduk bersama untuk menyelesaikan ketegangan ini. Namun, tekanan dari komunitas internasional semakin kuat. Uni Eropa dan negara-negara G20 dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat minggu depan untuk membahas potensi dampak kebijakan ini terhadap stabilitas ekonomi global.

Sementara itu, para pelaku usaha, eksportir, dan konsumen di seluruh dunia hanya bisa menunggu dengan penuh kecemasan ke mana arah perang tarif ini akan bergerak.

 

Kesimpulan

Kenaikan tarif impor AS menjadi 104% terhadap produk China bukan hanya keputusan ekonomi, melainkan pernyataan politik global. Dengan balasan setimpal dari Beijing, dunia kini menyaksikan babak baru perang dagang yang berpotensi mengubah wajah perdagangan internasional dalam beberapa tahun ke depan. Dalam situasi seperti ini, diplomasi dan dialog menjadi kunci untuk mencegah kerugian lebih besar bagi seluruh pihak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *