Perang Tarif Trump, Dampak Global dan Respons Internasional, tahuberita.com – Pada tahun 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memicu gejolak ekonomi global dengan kebijakan tarif impornya yang agresif. Langkah ini tidak hanya memengaruhi hubungan dagang antara AS dan mitra-mitra utamanya, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perekonomian global.
Eskalasi Tarif Impor: AS vs. China
Sejak awal tahun, Trump telah memberlakukan berbagai tarif impor yang signifikan. Pada 1 Februari 2025, ia menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif 10% atas impor dari China . Namun, ketegangan meningkat ketika pada awal April, Trump mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% terhadap produk-produk China, sehingga total tarif mencapai 104% . Sebagai respons, China memberlakukan tarif balasan sebesar 34% terhadap produk-produk AS.
Tidak berhenti di situ, Trump mengancam akan menaikkan tarif tambahan sebesar 50% jika China tidak mencabut tarif balasannya, yang akan membuat total tarif AS terhadap produk China mencapai 154% . Langkah-langkah ini memicu kekhawatiran akan perang dagang yang lebih luas dan dampaknya terhadap perekonomian global.
Dampak Ekonomi Global
Kebijakan tarif Trump telah menimbulkan volatilitas di pasar keuangan. Indeks saham utama AS mengalami penurunan signifikan, dengan S&P 500 dan Nasdaq Composite turun lebih dari 15% dan hampir 21% sejak awal tahun . Selain itu, inflasi di AS mencapai tingkat tertinggi dalam 40 tahun terakhir, sementara sentimen konsumen merosot ke level terendah sejak pandemi COVID-19 .
Para pemimpin bisnis dan ekonomi, termasuk CEO BlackRock Larry Fink dan CEO JPMorgan Jamie Dimon, menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap risiko resesi yang meningkat akibat kebijakan tarif ini . Mereka menyoroti bahwa tarif tinggi dapat meningkatkan biaya produksi dan harga konsumen, yang pada akhirnya dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
Reaksi Internasional dan Prospek Ke Depan
Kebijakan tarif Trump tidak hanya memengaruhi hubungan dagang dengan China, tetapi juga dengan mitra dagang lainnya. Uni Eropa dan India, misalnya, dikenakan tarif masing-masing sebesar 20% dan 26% . Langkah ini memicu kekhawatiran di kalangan sekutu tradisional AS dan dapat mengarah pada pembalasan tarif yang lebih luas.
Sementara itu, pemerintah Trump tetap mempertahankan tarif dasar sebesar 10% untuk semua impor, dengan kemungkinan pengecualian hanya jika tercapai kesepakatan luar biasa . Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan tarif tinggi akan tetap menjadi bagian dari strategi perdagangan AS di bawah pemerintahan Trump.
Secara keseluruhan, kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Trump pada tahun 2025 telah menciptakan ketidakpastian dalam perdagangan global dan menimbulkan kekhawatiran akan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. Dengan meningkatnya ketegangan dagang dan potensi pembalasan dari mitra dagang, dunia kini menantikan langkah selanjutnya dari pemerintahan AS dan respons dari komunitas internasional.