Bank Indonesia Intervensi Pasar Valas, tahuberita.com – Bank Indonesia (BI) kembali melakukan intervensi di pasar valuta asing (valas) untuk meredam tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang melemah dalam beberapa pekan terakhir. Langkah ini dilakukan menyusul meningkatnya gejolak global, termasuk lonjakan harga minyak, konflik geopolitik di Timur Tengah, dan arus modal keluar dari negara berkembang.
Intervensi tersebut merupakan bagian dari upaya BI untuk menjaga stabilitas moneter dan kepercayaan investor, sekaligus melindungi daya beli masyarakat di tengah situasi global yang tidak menentu.
Rupiah Melemah, Intervensi Dipercepat
Per 6 Juni 2025, nilai tukar rupiah diperdagangkan di kisaran Rp15.700 per dolar AS, setelah sebelumnya sempat menguat pada awal kuartal kedua. Pelemahan ini terjadi seiring dengan:
- Meningkatnya permintaan dolar sebagai aset safe haven
- Lonjakan harga minyak dunia akibat ketegangan di Timur Tengah
- Berkurangnya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia
Untuk menanggapi kondisi tersebut, BI melakukan intervensi ganda (dual intervention), yaitu:
- Intervensi langsung di pasar spot valuta asing
- Melalui instrumen Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF)
“Kami hadir di pasar untuk menjaga stabilitas dan mencegah pelemahan rupiah yang berlebihan. Fundamental ekonomi Indonesia tetap kuat,” ujar Gubernur BI dalam konferensi pers di Jakarta.
Strategi Intervensi Bukan Sekadar Menjaga Kurs
Langkah intervensi BI bukan hanya ditujukan untuk menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil, tetapi juga:
- Memberikan sinyal kepercayaan kepada pasar dan pelaku usaha
- Menjaga likuiditas dolar di pasar domestik
- Mencegah volatilitas nilai tukar yang dapat memicu spekulasi berlebihan
- Menjaga stabilitas inflasi melalui nilai tukar yang terkendali
BI menegaskan bahwa intervensi akan terus dilakukan secara terukur dan tepat waktu, serta mempertimbangkan kondisi fundamental dan ekspektasi pasar.
Dalam laporan terbaru, cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar USD 136 miliar, cukup untuk membiayai impor selama lebih dari enam bulan dan melakukan stabilisasi kurs jika diperlukan.
Dengan cadangan devisa yang solid, BI memiliki ruang yang cukup untuk melakukan intervensi berkala tanpa harus mengorbankan kebijakan moneter jangka panjang.
Peran DNDF dan Swap Valas
Salah satu instrumen yang diandalkan BI dalam menjaga stabilitas rupiah adalah Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), yakni kontrak berjangka valas yang diselesaikan dalam rupiah, tanpa penyerahan fisik dolar.
DNDF memungkinkan pelaku pasar melakukan lindung nilai (hedging) terhadap fluktuasi nilai tukar tanpa mengganggu cadangan devisa. Selain DNDF, BI juga memperkuat kerja sama swap mata uang bilateral dengan sejumlah negara mitra dagang, seperti Tiongkok dan Jepang.
Sejumlah ekonom menyambut positif langkah intervensi BI. Menurut mereka, intervensi terukur di tengah ketidakpastian global merupakan langkah proaktif dan preventif yang dapat mencegah kepanikan pasar.
“Jika dibiarkan tanpa intervensi, pelemahan rupiah bisa menembus batas psikologis dan berdampak pada inflasi,” ujar Arief Santoso, ekonom dari Universitas Indonesia.
Namun demikian, para analis juga mengingatkan bahwa intervensi harus disertai dengan penguatan fundamental ekonomi, seperti meningkatkan ekspor, mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan, serta menarik lebih banyak investasi asing langsung (FDI).
Prospek ke Depan Waspadai Volatilitas Global
Dengan ketegangan geopolitik yang belum menunjukkan tanda mereda dan harga komoditas yang masih tinggi, tekanan terhadap rupiah diperkirakan masih akan berlanjut dalam jangka pendek. Namun jika Bank Indonesia konsisten dalam menjaga koordinasi kebijakan moneter dan fiskal, serta memastikan transparansi komunikasi ke pasar, stabilitas bisa tetap terjaga.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan memberikan dukungan dengan:
- Menjaga kredibilitas APBN
- Mengendalikan inflasi pangan dan energi
- Meningkatkan produksi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor
Intervensi Bank Indonesia di pasar valas merupakan langkah strategis yang krusial untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan global. Dengan cadangan devisa yang cukup dan instrumen moneter yang fleksibel, BI berada dalam posisi kuat untuk menstabilkan pasar.
Meski begitu, tantangan ke depan masih cukup besar. Oleh karena itu, sinergi antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan investor dan melindungi ketahanan ekonomi Indonesia.