Wilayah yang Terkena Letusan Gunung Lewotobi di NTT, Tahuberita.com – Gunung Lewotobi, yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), baru-baru ini kembali meletus dan mengakibatkan dampak signifikan di sejumlah wilayah sekitarnya. Gunung kembar yang terdiri dari Lewotobi Perempuan dan Lewotobi Laki-Laki ini dikenal sebagai salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Letusannya tidak hanya memengaruhi kawasan di lereng gunung, tetapi juga beberapa desa hingga wilayah yang lebih jauh akibat abu vulkanik.
Berikut adalah beberapa wilayah yang terdampak oleh letusan tersebut:
1. Desa Lereng Gunung: Woloara dan Pantai Oa
Desa-desa yang berada di sekitar lereng Gunung Lewotobi, seperti Woloara dan Pantai Oa, menjadi wilayah yang paling terdampak langsung. Hujan abu vulkanik terjadi dengan intensitas tinggi, membuat aktivitas masyarakat terganggu. Banyak warga di desa ini terpaksa mengungsi karena jarak mereka yang berada di radius bahaya sekitar 3 kilometer dari puncak gunung.
Di Woloara, abu tebal menutupi rumah, jalan, dan lahan pertanian. Sementara itu, di Pantai Oa, yang berlokasi lebih rendah, sebagian besar warga khawatir akan kemungkinan aliran lahar jika terjadi hujan deras pasca-letusan.
2. Kecamatan Titehena
Kecamatan Titehena, yang meliputi sejumlah desa di lereng timur Gunung Lewotobi, juga terdampak abu vulkanik. Desa-desa di kecamatan ini melaporkan penurunan kualitas udara yang signifikan akibat abu yang terbawa angin. Sekolah-sekolah di daerah ini bahkan diliburkan sementara untuk menghindari risiko gangguan pernapasan pada anak-anak.
Lahan pertanian di Titehena, yang menjadi salah satu sumber penghidupan utama masyarakat, juga terdampak. Tanaman seperti jagung, kacang-kacangan, dan ubi yang sedang dalam masa panen tertutup lapisan abu vulkanik, yang berpotensi merusak hasil panen.
3. Kecamatan Ile Bura
Di sisi barat Gunung Lewotobi, Kecamatan Ile Bura juga terkena dampak letusan. Abu vulkanik menyelimuti sejumlah desa, termasuk Lewoingu dan Watotika Ile. Warga di daerah ini melaporkan bahwa abu tidak hanya menutupi rumah mereka, tetapi juga mencemari sumber air bersih. Hal ini menambah tantangan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah dengan akses air terbatas.
Kesehatan warga menjadi perhatian utama di Ile Bura. Beberapa warga mengalami gejala seperti sesak napas, batuk, dan iritasi mata akibat paparan abu. Oleh karena itu, pemerintah daerah mendistribusikan masker dan membuka posko kesehatan di kecamatan ini.
4. Kabupaten Sekitarnya: Larantuka
Wilayah yang lebih jauh dari Gunung Lewotobi, seperti Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, juga merasakan dampak letusan meskipun dalam intensitas yang lebih ringan. Angin membawa abu vulkanik hingga ke wilayah ini, membuat langit menjadi gelap dan mengganggu jarak pandang.
Kondisi ini memengaruhi aktivitas transportasi, baik darat maupun udara. Beberapa penerbangan dari dan ke Bandara Gewayantana di Larantuka dilaporkan tertunda karena gangguan jarak pandang akibat abu vulkanik.
5. Wilayah Laut Sekitar
Dampak letusan Gunung Lewotobi juga dirasakan di wilayah laut sekitar Flores Timur. Abu yang terbawa angin jatuh ke laut, menyebabkan air laut di beberapa titik tercemar material vulkanik. Nelayan di sekitar perairan Pantai Oa dan sekitarnya untuk sementara menghentikan aktivitas melaut karena khawatir dengan kondisi air laut yang tidak stabil.
Kesimpulan
Meletusnya Gunung Lewotobi tidak hanya menjadi pengingat akan potensi ancaman vulkanik di Indonesia, tetapi juga menunjukkan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah. Wilayah-wilayah seperti Woloara, Titehena, Ile Bura, hingga Larantuka menjadi contoh bagaimana dampak letusan gunung berapi dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan.
Dengan langkah penanganan yang cepat dan terkoordinasi, dampak buruk dari letusan ini dapat diminimalkan, sehingga masyarakat dapat kembali bangkit dan melanjutkan kehidupan mereka.