Profil Kardinal Robert Sarah Calon Paus dari Afrika, tahuberita.com – Setelah wafatnya Paus Fransiskus, perhatian dunia Katolik tertuju pada sejumlah nama calon paus baru. Salah satu tokoh yang banyak diperbincangkan adalah Kardinal Robert Sarah dari Guinea, Afrika. Dengan pandangan teologis yang konservatif dan pengalaman panjang di dalam Kuria Roma, Kardinal Sarah dipandang sebagai kandidat potensial yang dapat membawa Gereja Katolik kembali ke nilai-nilai tradisionalnya.
Berikut ini adalah profil lengkap Kardinal Robert Sarah, salah satu figur paling berpengaruh dalam Konklaf mendatang.
Latar Belakang dan Pendidikan
Robert Sarah lahir pada 15 Juni 1945 di Ourous, sebuah desa kecil di wilayah utara Guinea. Ia berasal dari keluarga Katolik sederhana di tengah mayoritas Muslim. Sejak kecil, Sarah menunjukkan kecerdasan dan semangat religius yang luar biasa.
Setelah menjalani pendidikan dasar, Sarah melanjutkan studinya di seminari kecil di Guinea sebelum melanjutkan pendidikan filsafat dan teologi di Prancis dan Senegal. Ia kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Kepausan Gregoriana di Roma, serta di Institut Biblika Kepausan, memperdalam pengetahuannya di bidang Kitab Suci.
Pada usia 34 tahun, pada tahun 1979, Sarah diangkat sebagai Uskup Konakry, menjadikannya uskup termuda di dunia saat itu.
Perjalanan Karier Gerejawi
Karier Robert Sarah di dalam Gereja Katolik terus menanjak berkat keteguhannya dalam iman dan kepemimpinan yang kuat. Selama menjabat sebagai Uskup Agung Konakry, Sarah dikenal vokal menentang pemerintahan diktator di Guinea dan membela hak asasi manusia, meskipun harus menghadapi ancaman politik.
Pada tahun 2001, ia dipanggil ke Vatikan untuk menjabat sebagai Sekretaris Kongregasi Evangelisasi Bangsa-Bangsa. Kemudian, pada 2010, Paus Benediktus XVI menunjuknya sebagai Presiden Dewan Kepausan Cor Unum, badan yang bertanggung jawab atas upaya kemanusiaan Gereja.
Puncak kariernya terjadi pada 2014, saat Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi Prefek Kongregasi untuk Ibadat Ilahi dan Tata Tertib Sakramen, posisi penting yang mengelola urusan liturgi seluruh Gereja Katolik. Pada tahun yang sama, ia diangkat menjadi kardinal.
Pandangan Teologi dan Gaya Kepemimpinan
Kardinal Sarah dikenal luas sebagai sosok yang sangat konservatif, baik dalam teologi maupun dalam praktik liturgi. Ia memegang teguh ajaran tradisional Gereja, terutama dalam hal moralitas, peran keluarga, dan kehidupan sakramental.
Beberapa ciri khas pandangan dan kepemimpinannya meliputi:
- Liturgi Tradisional: Sarah mendukung penggunaan Misa Latin Tradisional dan mendorong agar liturgi dirayakan dengan rasa hormat yang lebih besar.
- Isu Moralitas: Ia menentang keras pernikahan sesama jenis, aborsi, dan eutanasi, serta menyerukan pentingnya mempertahankan ajaran moral Gereja secara utuh.
- Pembelaan terhadap Kebebasan Beragama: Sarah berpengalaman menghadapi penindasan agama di Guinea, menjadikannya pembela vokal kebebasan beragama di tingkat global.
Ia juga dikenal dengan gaya berbicaranya yang tenang, penuh wibawa, dan reflektif, mencerminkan kedalaman rohaninya.
Peluang dan Tantangan Menuju Tahta Suci
Kardinal Robert Sarah menawarkan perspektif unik sebagai paus potensial:
- Representasi Afrika: Jika terpilih, Sarah akan menjadi paus pertama dari benua Afrika dalam era modern, mengingat pertumbuhan pesat umat Katolik di Afrika.
- Pemimpin Konservatif: Di tengah ketidakpastian zaman modern, sebagian kardinal mungkin melihat Sarah sebagai figur yang mampu mengembalikan stabilitas ajaran Gereja.
- Karisma Rohani: Kedalaman rohani dan pengalamannya dalam pelayanan pastoral di bawah tekanan politik membuatnya dihormati luas.
Namun, Sarah juga menghadapi sejumlah tantangan besar:
- Perbedaan Visi: Banyak kardinal progresif mendukung kelanjutan reformasi Paus Fransiskus, dan mungkin melihat Sarah sebagai langkah mundur.
- Isu Globalisasi: Pendekatan Sarah yang lebih konservatif mungkin dianggap kurang responsif terhadap isu-isu baru seperti perubahan iklim, imigrasi, atau hak asasi LGBTQ.
Konklaf mendatang akan menjadi ajang penentuan arah Gereja Katolik, apakah akan berlanjut dalam semangat reformasi atau kembali menegaskan identitas tradisionalnya.
Dukungan dan Reputasi Global
Kardinal Sarah memiliki basis dukungan yang kuat di kalangan kardinal konservatif, terutama dari Afrika, Asia, dan beberapa bagian Eropa. Buku-bukunya, seperti God or Nothing dan The Power of Silence, telah diterjemahkan ke banyak bahasa dan menjadi bacaan populer di kalangan umat yang merindukan kedalaman spiritualitas tradisional.
Di dalam Gereja, ia dihormati bukan hanya karena keteguhannya, tetapi juga karena kesederhanaan hidupnya. Sarah sering berbicara tentang pentingnya doa, keheningan, dan kesederhanaan dalam kehidupan seorang Kristen.
Kesimpulan
Kardinal Robert Sarah membawa suara yang tegas dalam mempertahankan ajaran dan tradisi Gereja Katolik. Dengan pengalaman panjang dalam pelayanan pastoral dan administrasi Vatikan, serta komitmennya terhadap iman yang kokoh di tengah dunia yang berubah, Sarah menjadi salah satu kandidat paus yang layak diperhitungkan.
Pemilihan paus baru akan menjadi momen penting bagi masa depan Gereja Katolik. Apakah arah reformasi akan diteruskan atau justru kembali pada tradisi yang lebih konservatif, nama Kardinal Robert Sarah akan tetap menjadi bagian penting dari perbincangan sejarah ini.