Mengenal Sejarah dan Budaya di Sekitar Gunung Merbabu, tahuberita.com – Gunung Merbabu tidak hanya dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian terbaik di Indonesia, tetapi juga menyimpan sejarah dan budaya yang kaya. Terletak di perbatasan antara Kabupaten Boyolali, Magelang, dan Semarang, gunung ini memiliki jejak sejarah panjang yang berkaitan dengan kerajaan-kerajaan kuno di Jawa serta kepercayaan masyarakat setempat.
Bagi kamu yang ingin mengenal lebih dalam tentang sejarah dan budaya di sekitar Gunung Merbabu, artikel ini akan membawa kamu menyelami berbagai aspek menarik yang membuat gunung ini bukan sekadar tempat untuk mendaki, tetapi juga warisan budaya yang penuh misteri.
Gunung Merbabu dalam Sejarah dan Kepercayaan Masyarakat
Nama “Merbabu” berasal dari gabungan kata “Meru” yang berarti gunung dan “Abu” yang merujuk pada abu vulkanik. Meskipun tidak seaktif tetangganya, Gunung Merapi, Merbabu tetap memiliki sejarah aktivitas vulkanik, meskipun letusannya jarang terdengar.
Dalam sejarahnya, Gunung Merbabu sering dikaitkan dengan kerajaan-kerajaan besar di Pulau Jawa seperti Kerajaan Mataram Kuno dan Mataram Islam. Banyak petilasan, candi, dan situs purbakala yang ditemukan di sekitar gunung ini, menunjukkan bahwa daerah ini dulunya adalah pusat aktivitas spiritual dan kehidupan masyarakat.
Masyarakat sekitar Gunung Merbabu juga percaya bahwa gunung ini memiliki aura mistis dan merupakan tempat tinggal makhluk gaib serta leluhur mereka. Tidak heran, banyak ritual adat dan upacara yang masih dilakukan hingga saat ini sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan roh penjaga gunung.
Situs Bersejarah di Sekitar Gunung Merbabu
Jika kamu tertarik dengan sejarah, berikut adalah beberapa situs bersejarah di sekitar Gunung Merbabu yang patut dikunjungi:
1. Candi Selo
Terletak di Desa Selo, Boyolali, candi ini merupakan peninggalan agama Hindu-Buddha yang diperkirakan berasal dari era Mataram Kuno. Candi Selo dipercaya sebagai tempat pemujaan dewa gunung, dan hingga kini masyarakat masih sering melakukan ritual di area ini.
2. Candi Gunung Wukir
Candi ini merupakan salah satu peninggalan Hindu tertua di Jawa Tengah dan diyakini sebagai tempat pertama kali ditemukannya prasasti yang menyebutkan nama “Mataram“. Terletak di kaki Gunung Merbabu, candi ini memberikan gambaran tentang perkembangan peradaban di wilayah ini sejak zaman kuno.
3. Situs Kenteng Songo
Saat mendaki Gunung Merbabu melalui jalur Selo, pendaki akan menemukan situs Kenteng Songo, yang dipercaya sebagai tempat ritual kuno. Terdapat susunan batu besar yang mirip dengan stupa atau altar persembahan. Banyak yang meyakini bahwa tempat ini memiliki energi spiritual yang kuat.
4. Makam Sunan Geseng
Sunan Geseng adalah salah satu tokoh penyebar Islam di Jawa yang dipercaya pernah bermeditasi dan menyebarkan ajaran agama di sekitar Gunung Merbabu. Makamnya sering dikunjungi oleh peziarah yang ingin mendapatkan berkah dan mengenal sejarah Islam di kawasan ini.
Tradisi dan Budaya Masyarakat di Lereng Merbabu
Penduduk di sekitar Gunung Merbabu sebagian besar adalah masyarakat Jawa yang masih memegang teguh tradisi leluhur mereka. Berikut adalah beberapa budaya dan tradisi menarik yang masih dilestarikan hingga kini:
1. Tradisi Labuhan Merbabu
Labuhan adalah ritual adat yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas hasil bumi dan keselamatan. Biasanya, masyarakat akan membawa sesajen berupa hasil pertanian, makanan, dan kain ke beberapa titik sakral di Gunung Merbabu.
2. Sedekah Bumi
Sebagai bentuk rasa syukur atas panen yang melimpah, masyarakat di sekitar Gunung Merbabu mengadakan ritual Sedekah Bumi setiap tahun. Acara ini biasanya diisi dengan pertunjukan seni tradisional seperti wayang kulit, gamelan, dan tarian khas Jawa.
3. Ritual Malam 1 Suro
Malam 1 Suro dalam kalender Jawa dianggap sebagai malam yang sakral. Banyak masyarakat yang melakukan tirakat (puasa dan meditasi) di sekitar Gunung Merbabu untuk mencari ketenangan batin dan berkah dari alam.
4. Upacara Bersih Desa
Setiap desa di sekitar Gunung Merbabu biasanya mengadakan ritual bersih desa untuk mengusir roh jahat dan menjaga keharmonisan antar warga. Upacara ini juga sering diisi dengan arak-arakan budaya dan doa bersama.
Bahasa dan Kesenian Lokal
Masyarakat di sekitar Gunung Merbabu masih menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa utama, dengan dialek khas sesuai daerahnya. Selain itu, kesenian tradisional juga masih bertahan dan sering dipentaskan dalam berbagai acara adat.
Beberapa kesenian khas yang bisa kamu temui di daerah ini antara lain:
- Wayang Kulit – Pertunjukan wayang yang menceritakan kisah-kisah dari Mahabharata dan Ramayana.
- Gamelan – Musik tradisional Jawa yang sering dimainkan dalam acara adat dan ritual.
- Tari Topeng Ireng – Tarian khas yang berasal dari daerah Magelang dan sering dipentaskan dalam upacara adat.
- Reog Kendang – Pertunjukan seni dengan kombinasi tari, musik, dan kostum unik yang menggambarkan kebudayaan lokal.
Kuliner Khas di Sekitar Gunung Merbabu
Selain sejarah dan budaya, jangan lupa mencicipi kuliner khas di sekitar Gunung Merbabu! Beberapa makanan yang wajib dicoba antara lain:
- Sego Jagung – Nasi yang terbuat dari jagung, makanan khas petani di daerah pegunungan.
- Mie Ongklok – Mie kuah khas Wonosobo yang cocok disantap setelah pendakian.
- Getuk – Makanan tradisional dari singkong yang sering dijadikan camilan saat acara adat.
- Wedang Jahe – Minuman hangat berbahan dasar jahe yang cocok untuk menghangatkan tubuh di udara dingin pegunungan.
Kesimpulan
Gunung Merbabu bukan hanya sekadar destinasi pendakian, tetapi juga merupakan saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya masyarakat Jawa sejak zaman kuno. Dari peninggalan candi dan situs purbakala, hingga tradisi adat yang masih dilestarikan, semuanya menjadi bukti bahwa kawasan ini memiliki nilai historis dan budaya yang sangat berharga.
Jika kamu berencana mendaki Gunung Merbabu, jangan hanya fokus pada jalur pendakian dan puncaknya saja. Luangkan waktu untuk mengenal sejarah, budaya, dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Dengan begitu, perjalananmu akan menjadi lebih bermakna dan penuh pengalaman baru!