
Mimpi memiliki rumah bagi generasi milenial kerap dianggap makin sulit tercapai. Harga tanah terus naik, sementara gaji naiknya segitu-gitu aja. Di tengah tantangan ini, pemerintah memperkenalkan skema BP Tapera sebagai solusi pembiayaan rumah jangka panjang. Namun, tidak sedikit juga yang mempertanyakan: apakah Tapera benar-benar membantu, atau justru menambah beban baru bagi pekerja?
Yuk kita bahas secara jernih, mulai dari cara kerjanya, kelebihan dan kekurangannya, hingga simulasi manfaat jangka panjangnya.
Apa Itu Tapera dan Bagaimana Cara Kerjanya?
BP Tapera (Badan Pengelola Tabungan Perumahan Rakyat) adalah lembaga yang mengelola program tabungan wajib bagi pekerja, baik ASN maupun karyawan swasta, untuk membantu mereka memiliki rumah layak.
Cara kerjanya cukup sederhana:
- Setiap peserta Tapera diwajibkan menabung sebesar 3% dari gaji bulanan, di mana 0,5% ditanggung oleh pemberi kerja (untuk karyawan swasta), dan 2,5% ditanggung oleh pekerja.
- Dana ini akan dikelola dan diinvestasikan oleh BP Tapera.
- Setelah memenuhi syarat (misalnya masa kepesertaan tertentu atau ingin mengajukan KPR), peserta bisa mendapatkan manfaat berupa pembiayaan rumah bersuku bunga rendah.
- Jika tidak mengambil rumah, dana bisa ditarik saat pensiun.
Tapera mirip seperti BPJS Ketenagakerjaan, tapi fokusnya untuk pembiayaan perumahan.
Pro & Kontra dari Sisi Pekerja, Terutama Milenial
Kelebihan (Pro):
- Membantu akses perumahan jangka panjang
Dengan skema cicilan ringan dan suku bunga tetap, Tapera bisa jadi angin segar bagi milenial yang kesulitan DP dan cicilan tinggi. - Menabung secara paksa
Bagi yang kesulitan disiplin menabung, potongan gaji Tapera bisa jadi cara untuk menyiapkan dana rumah tanpa sadar. - Dana dikembalikan jika tidak digunakan
Jika tidak mengambil rumah, dana dan hasil pengembangannya bisa dicairkan saat pensiun.
Kekurangan (Kontra):
- Potongan gaji yang terasa membebani
Bagi sebagian pekerja, pemotongan 2,5% cukup terasa—terutama yang masih bergaji UMR atau punya banyak tanggungan. - Belum ada kepastian waktu & sistem pemanfaatan
Banyak pekerja bertanya: kapan saya bisa ambil manfaat Tapera? Bagaimana jika saya pindah kerja atau resign? Sosialisasi Tapera masih belum optimal. - Kekhawatiran soal pengelolaan dana
Sebagian kalangan skeptis dengan transparansi dan return investasi dana Tapera, apalagi karena pengalaman publik sebelumnya dengan lembaga-lembaga serupa.
Dibandingkan dengan KPR Subsidi, Lebih Baik Mana?
KPR subsidi (seperti FLPP dari BTN) selama ini sudah cukup populer sebagai akses rumah pertama untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Lalu, apa bedanya dengan Tapera?
Aspek | KPR Subsidi (FLPP) | Tapera |
Sumber dana | Subsidi pemerintah melalui bank | Tabungan pekerja (iuran wajib) |
Akses | Siapa cepat dia dapat (kuota terbatas) | Harus jadi peserta terlebih dulu |
Suku bunga | Tetap, sekitar 5% per tahun | Tetap, lebih rendah (rencana 3%) |
DP | Bisa mulai dari 1%–10% | Belum ditentukan, tapi kemungkinan rendah |
Kepemilikan rumah | Rumah tapak tertentu (developer kerja sama) | Sama, tergantung lokasi & kerja sama |
Skema kepemilikan | Kredit rumah | Tabungan + pinjaman |
Secara umum, KPR subsidi cocok untuk pembelian cepat, sedangkan Tapera lebih cocok untuk perencanaan jangka menengah-panjang, apalagi bagi milenial yang belum siap beli rumah dalam waktu dekat.
Pendapat Pengamat Properti
Menurut beberapa pengamat properti nasional, Tapera memiliki potensi besar jika dijalankan dengan tata kelola yang baik dan transparan.
Ali Tranghanda (CEO Indonesia Property Watch)
Ia menyebut Tapera sebagai “ide bagus yang butuh pengawasan ketat”, agar tidak hanya menjadi beban potongan gaji, tetapi benar-benar berfungsi membantu peserta beli rumah.
Panangian Simanungkalit (Analis Properti Senior)
Menurutnya, Tapera perlu sinergi nyata dengan program perumahan nasional agar tidak menumpuk dana tanpa realisasi unit rumah. Ia juga mengingatkan soal pentingnya edukasi publik agar peserta tahu hak dan manfaat mereka.
Simulasi Manfaat Tapera Jangka Panjang
Mari kita hitung sederhana. Misalnya:
- Gaji bulanan: Rp6 juta
- Potongan Tapera (2,5%): Rp150.000
- Durasi menabung: 10 tahun
- Estimasi return investasi Tapera: 5% per tahun
Jika dihitung sebagai tabungan tetap dengan bunga 5%, dalam 10 tahun, dana Tapera yang terkumpul akan mencapai sekitar Rp23–25 juta. Dana ini bisa digunakan untuk:
- Uang muka (DP) rumah pertama
- Subsidi suku bunga KPR Tapera
- Atau ditarik saat pensiun jika tidak digunakan
Artinya, dalam jangka panjang, Tapera bisa membantu meringankan biaya kepemilikan rumah terutama DP yang kerap jadi penghalang utama milenial.
Solusi atau Beban Tambahan?
Jawabannya tergantung perspektif dan kesiapan.
Jika Anda milenial yang ingin punya rumah dalam 5–10 tahun, ikut Tapera bisa menjadi cara menabung yang aman dan terarah. Tapi jika saat ini sedang kesulitan cash flow, potongan 2,5% gaji mungkin terasa membebani apalagi jika belum ada kejelasan kapan bisa menggunakan manfaatnya.
Kunci sukses Tapera ada pada:
- Sosialisasi yang baik
- Transparansi pengelolaan dana
- Sinergi dengan program rumah rakyat
- Dan kemudahan akses saat peserta ingin membeli rumah
Dengan semua itu terpenuhi, BP Tapera bisa menjadi game-changer untuk generasi milenial dalam memiliki hunian pertama mereka.