
Begini Penjelasan Aqua Setelah Pabriknya Disidak oleh KDM, tahuberita.com – Setelah ramai diberitakan dan menjadi sorotan publik, pihak Aqua akhirnya memberikan penjelasan resmi terkait inspeksi mendadak (sidak) yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi atau Kang Dedi Mulyadi (KDM) di salah satu pabrik Aqua di Subang, Jawa Barat. Sidak tersebut memicu perbincangan nasional setelah KDM mengungkap bahwa sumber air yang digunakan pabrik bukan berasal dari mata air pegunungan, melainkan sumur bor dalam.
Video sidak yang diunggah KDM melalui kanal YouTube pribadinya langsung viral dan menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Banyak yang mempertanyakan kebenaran klaim “air pegunungan murni” yang selama ini digunakan Aqua dalam strategi pemasarannya.
Menanggapi hal tersebut, pihak manajemen Aqua melalui pernyataan resminya akhirnya buka suara untuk menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya.
Penjelasan Aqua Air diambil dari Akuifer Dalam yang Aman dan Terlindungi
Pihak Danone Aqua menegaskan bahwa sumber air yang digunakan dalam proses produksinya bukan air tanah biasa, melainkan air dari akuifer dalam (deep aquifer) yang terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Menurut perusahaan, lapisan tersebut merupakan bagian dari sistem air pegunungan yang terlindungi oleh lapisan batuan vulkanik dan jauh dari risiko kontaminasi permukaan.
“Sumber air kami berasal dari akuifer alami yang berhubungan dengan mata air pegunungan. Setiap lokasi sumber air telah melalui kajian ilmiah, perizinan pemerintah, dan pengawasan ketat dari tim hidrogeologi,” demikian penjelasan resmi Aqua dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jumat (25/10/2025).
Aqua juga menegaskan bahwa penggunaan sumur bor dalam bukan pelanggaran, melainkan metode teknis untuk menjangkau lapisan air alami yang secara geologis sulit diakses secara langsung. Proses pengeboran tersebut dilakukan dengan izin pemerintah dan mematuhi peraturan yang berlaku, termasuk peraturan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Kunjungan mendadak yang dilakukan oleh KDM ke pabrik Aqua di Subang memang menarik perhatian publik. Dalam video yang viral di media sosial, KDM tampak terkejut setelah mengetahui bahwa air yang digunakan pabrik berasal dari sumur bor.
“Saya kira airnya diambil dari mata air pegunungan, ternyata bukan. Ini diambil lewat sumur pompa dalam,” ujar KDM dalam rekaman tersebut.
Temuan itu membuat publik bertanya-tanya mengenai klaim produk air kemasan yang selama ini dikenal sebagai air pegunungan. Beberapa warganet bahkan menilai hal itu dapat menyesatkan konsumen. Namun, di sisi lain, sejumlah pakar geologi dan lingkungan menyebut bahwa istilah “air pegunungan” tidak selalu berarti diambil dari permukaan, karena secara ilmiah air pegunungan juga bisa tersimpan di dalam akuifer yang berada jauh di bawah tanah.
Aqua Pastikan Proses Produksi Sesuai Standar dan Izin
Menjawab kekhawatiran masyarakat, Aqua menegaskan bahwa seluruh proses pengambilan air dan produksi telah mendapatkan izin resmi dari pemerintah daerah maupun pusat. Aqua juga menegaskan komitmennya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan serta kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Kami tidak melakukan pengambilan air secara berlebihan. Setiap liter air yang kami gunakan dipantau melalui sistem monitoring untuk memastikan tidak berdampak pada sumber air masyarakat,” tulis Aqua dalam rilisnya.
Selain itu, perusahaan juga bekerja sama dengan berbagai lembaga independen untuk melakukan audit lingkungan secara berkala. Aqua mengklaim telah menerapkan sistem pengelolaan air berkelanjutan dengan prinsip Water Stewardship, yang diakui oleh lembaga sertifikasi internasional.
KDM Desak Transparansi dan Audit Lingkungan
Menanggapi klarifikasi Aqua, KDM menyampaikan apresiasi terhadap penjelasan yang diberikan, namun tetap menekankan perlunya transparansi lebih lanjut terkait pengelolaan air.
“Saya tidak menuduh, hanya ingin memastikan bahwa industri besar seperti ini tidak merugikan masyarakat sekitar. Air itu sumber kehidupan. Jika diambil berlebihan, rakyat yang menanggung akibatnya,” tegas KDM dalam wawancaranya di Subang.
KDM juga meminta pemerintah daerah dan instansi terkait untuk turun tangan melakukan audit izin pengambilan air tanah serta memverifikasi apakah penggunaan akuifer dalam tersebut sesuai dengan standar lingkungan dan sosial.
Warga Sekitar Ikut Angkat Suara
Sementara itu, sebagian warga di sekitar pabrik Aqua di Subang turut memberikan komentar. Beberapa mengaku khawatir dengan potensi menurunnya debit air sumur mereka, sementara yang lain menilai perusahaan sudah memberikan kontribusi sosial bagi wilayah setempat.
Salah satu warga, Dedi (45), mengungkapkan, “Kami hanya berharap tidak sampai kekurangan air. Kalau memang legal dan tidak merugikan, kami tidak masalah. Tapi tolong jangan sampai air warga kering.”
Aqua mengaku telah melakukan berbagai program tanggung jawab sosial (CSR) untuk masyarakat sekitar, termasuk pembangunan sarana air bersih, konservasi hutan, dan pelatihan pengelolaan air untuk petani lokal.
Dampak Sidak terhadap Industri Air Kemasan
Sidak KDM dan viralnya isu ini disebut menjadi momentum penting bagi industri air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia untuk lebih transparan. Publik kini semakin kritis terhadap sumber air yang digunakan produsen air kemasan dan dampaknya terhadap lingkungan.
Pakar lingkungan Universitas Padjadjaran, Dr. Rian Prasetyo, menilai bahwa kasus ini seharusnya menjadi dorongan agar seluruh produsen AMDK mengumumkan sumber air mereka secara terbuka.
“Industri ini harus lebih terbuka. Tidak cukup hanya menulis ‘air pegunungan’, tapi perlu dijelaskan lokasi dan jenis sumber airnya. Itu hak konsumen,” ujar Rian.
Sidak yang dilakukan KDM ke pabrik Aqua di Subang memang telah membuka diskusi besar tentang pengelolaan sumber daya air di Indonesia. Meskipun Aqua telah memberikan klarifikasi bahwa airnya berasal dari akuifer alami yang legal dan aman, isu ini tetap menjadi pengingat penting bagi industri dan pemerintah untuk menjaga transparansi, etika bisnis, dan keberlanjutan lingkungan.
Pada akhirnya, publik berharap agar setiap tetes air yang dikonsumsi bukan hanya bersih dan sehat, tetapi juga diambil dengan cara yang bertanggung jawab terhadap alam dan masyarakat.
 
                         
                             
                             
                             
                             
                            