Mengenal Macam-macam Rumah Adat di Sumatra utara, Tahuberita.com – Budaya dan tradisi. Keberagaman etnis yang hidup di wilayah ini, seperti Suku Batak, Melayu, dan lainnya, menghasilkan kekayaan budaya yang unik, salah satunya terlihat pada desain rumah adat. Setiap rumah adat mencerminkan identitas dan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakatnya, serta memiliki ciri khas arsitektur yang menarik dan penuh makna. Berikut adalah beberapa jenis rumah adat yang dapat ditemui di Sumatra Utara.
1. Rumah Adat Bolon (Batak Toba)
Rumah Bolon adalah rumah adat yang paling terkenal dari Suku Batak Toba. Rumah ini memiliki bentuk unik yang menampilkan atap tinggi berbentuk segitiga dan badan rumah yang berdiri di atas tiang-tiang kayu. Tiang-tiang ini berfungsi sebagai penyangga sekaligus perlindungan dari binatang liar dan banjir. Tangga masuk rumah Bolon biasanya terletak di bagian depan dan jumlah anak tangga pun ganjil karena dipercaya membawa keberuntungan.
Bagian dalam rumah Bolon tidak memiliki sekat antar-ruang sehingga penghuninya hidup dalam kebersamaan. Atap rumah ini dihias dengan ornamen berbentuk tanduk kerbau yang melambangkan kekuatan, keberanian, dan kejayaan, serta dianggap sebagai simbol kesuksesan dan kemakmuran. Rumah Bolon biasanya dihiasi dengan ukiran khas Batak yang memiliki warna dominan merah, hitam, dan putih, yang masing-masing melambangkan keberanian, kejujuran, dan kesucian.
2. Rumah Adat Karo (Suku Karo)
Rumah adat Karo, yang disebut juga sebagai Siwaluh Jabu, memiliki keunikan tersendiri. Nama Siwaluh Jabu berarti “delapan ruangan,” yang menunjukkan bahwa rumah ini biasanya ditempati oleh delapan keluarga. Rumah adat ini memiliki bentuk panggung yang tinggi dan konstruksi yang kuat. Atapnya terbuat dari ijuk yang memiliki daya tahan tinggi terhadap panas dan hujan.
Rumah adat Karo dibangun tanpa menggunakan paku, melainkan dengan teknik penguncian yang dikenal sebagai teknik pen. Bagian dalam rumah ini memiliki pembagian ruang yang diatur berdasarkan garis keturunan dan status sosial setiap keluarga. Atapnya yang tinggi juga dilengkapi dengan ornamen tanduk kerbau sebagai lambang penghormatan kepada leluhur. Selain itu, rumah ini juga dihiasi dengan ornamen dan ukiran geometris yang menjadi ciri khas Suku Karo.
3. Rumah Adat Pakpak (Suku Pakpak)
Rumah adat Pakpak disebut Jerro, yang juga berbentuk panggung seperti rumah adat lainnya di Sumatra Utara. Rumah adat ini memiliki atap berbentuk pelana dan dihiasi dengan ornamen khas Pakpak yang disebut littun, yaitu pola ukiran yang biasanya ditemukan di bagian atap dan tiang-tiang rumah. Littun ini melambangkan filosofi hidup yang diwariskan oleh leluhur mereka.
Jerro biasanya dibangun dengan bahan utama kayu dan ijuk sebagai penutup atapnya. Tiang-tiang rumah yang kokoh mencerminkan sifat tangguh dari masyarakat Pakpak. Setiap elemen dalam rumah ini memiliki makna spiritual dan budaya yang tinggi, dan rumah ini dianggap sebagai tempat perlindungan yang aman bagi seluruh anggota keluarga.
4. Rumah Adat Mandailing (Suku Mandailing)
Rumah adat Suku Mandailing disebut Bagas Godang. Rumah ini memiliki bentuk persegi panjang dengan atap yang tinggi dan terbuat dari ijuk. Di bagian depan rumah, terdapat ruang terbuka yang disebut Sopo Godang, yang berfungsi sebagai tempat musyawarah atau acara adat. Bagas Godang biasanya digunakan oleh para raja atau tetua adat Mandailing sebagai tempat tinggal.
Rumah ini juga dilengkapi dengan ornamen yang disebut Gorga, yang merupakan ukiran khas Batak. Pola ukiran ini melambangkan kekuatan, perlindungan, dan doa untuk keselamatan penghuni rumah. Bagas Godang bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol kehormatan dan kemakmuran bagi Suku Mandailing, serta menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya di masyarakat.
5. Rumah Melayu Deli (Suku Melayu)
Rumah adat Melayu Deli, yang banyak ditemui di daerah Medan dan sekitarnya, dikenal dengan nama Rumah Panggung Melayu. Rumah ini memiliki ciri khas berupa tiang-tiang yang tinggi, berfungsi sebagai pelindung dari binatang buas dan banjir. Rumah Melayu Deli biasanya memiliki atap berbentuk limas dan dihias dengan ornamen berbentuk bunga yang indah.
Bangunan rumah Melayu Deli memiliki desain yang menyesuaikan dengan iklim tropis di Sumatra Utara. Jendela dan pintu rumah yang besar memudahkan sirkulasi udara dan pencahayaan. Rumah ini juga dilengkapi dengan teras luas yang biasa digunakan untuk menerima tamu atau beristirahat. Dekorasi rumah Melayu Deli sangat khas dengan ukiran-ukiran berwarna cerah yang melambangkan keceriaan, kehangatan, dan keterbukaan masyarakat Melayu.
6. Rumah Adat Angkola (Suku Angkola)
Rumah adat Angkola memiliki nama yang sama, yaitu Bagas Godang, mirip dengan rumah adat Mandailing karena kedua suku ini memiliki budaya yang mirip. Namun, Bagas Godang versi Angkola memiliki ciri khas tersendiri, terutama pada hiasan atapnya yang berbentuk tanduk kerbau dan dihiasi dengan ornamen Gorga.
Rumah adat Angkola juga berbentuk panggung, memiliki struktur yang kokoh, dan dilengkapi dengan Sopo atau lumbung padi di dekat rumah sebagai simbol kemakmuran. Selain sebagai tempat tinggal, rumah ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan adat, di mana masyarakat berkumpul untuk musyawarah atau upacara adat. Bagi masyarakat Angkola, rumah ini bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga simbol kehormatan keluarga.
7. Rumah Adat Nias (Omo Hada)
Di Pulau Nias yang termasuk dalam wilayah Sumatra Utara, terdapat rumah adat khas yang disebut Omo Hada. Rumah ini sangat unik karena bentuknya bulat dan didirikan di atas tiang-tiang besar yang kokoh. Omo Hada dibuat dengan teknik bangunan tanpa paku, menggunakan penguncian kayu yang sangat presisi. Rumah ini mampu bertahan dari gempa, yang sering melanda wilayah Nias.
Omo Hada biasanya dihuni oleh satu keluarga besar dan memiliki atap yang tinggi. Di dalam rumah, terdapat ruang-ruang terpisah yang berfungsi untuk tidur, menyimpan barang, serta melaksanakan upacara adat. Rumah ini bukan hanya tempat tinggal, tetapi juga simbol dari kekuatan dan ketangguhan masyarakat Nias.